Dr. H. Afif Muhammad, MA: Pelajari Filsafat harus Kuat Akidahnya


Tidak ada ilmu yang tidak berguna, semuanya saling melengkapi. Walaupun harus diakui pertentangan atau kontroversi dalam suatu disiplin ilmu kerap terjadi. Tak terkecuali adalah filsafat. Apalagi filsafat adalah ilmu yang mengedepankan rasio, akal, pikiran, sehingga masalah yang tidak terlihat bisa diperdebatkan di dunia filsafat. Belum lagi ditambah filsafat adalah ilmu yang membicarakan tentang manusia, agama, tuhan,liberalisme, atheisme, marxisme, dan komunisme, yang terkadang bertentangan dengan Islam.
”Orang yang belajar filsafat haruslah orang pintar yang mempunyai akidah yang kuat, sehingga bisa membantu memaslahatkan umat,” ujar Direktur Pasca Sarjana IAIN Sunan Gunung Djati Bandung, Dr. H. Afif Muhammad, MA.
Melihat penting dan sensitivnya ilmu filsafat, sudah barang tentu pengajaran atau metode yang diberikan harus sesuai dengan yang diharapkan. Karena sedikit saja bergeser, keimanan adalah taruhannya. Kepada wartawan Republika, Reni Susanti, dosen di berbagai perguruan tinggi ini menuturkan seluk beluk filsafat termasuk metodenya. Berikut ini petikannya:

Mengapa Pelajaran Sejarah Tak Disukai?

Pelajaran sejarah sebetulnya kaya dengan referensi kehidupan ini. Namun, cara pembelajaran yang penuh hafalan telah menjauhkan sejarah dari generasi muda Indonesia.
“Saya tidak kuat hafalan,” begitu keluhan sebagian siswa di sekolah terkait pelajaran sejarah.

Banyak yang berpikiran, sejarah adalah pelajaran menghafal tanggal dan nama belaka. Materi yang diajarkan juga dianggap terlalu banyak. Itulah yang membuat pelajaran sejarah seperti neraka tambahan di sekolah, sehingga tidak disukai oleh sebagian besar siswa.

Inilah Pentingnya Belajar Sejarah


Belajar sejarah sangat penting. Sejarah mengajarkan pengalaman dan kebajikan terhadap umat manusia. Tahukah kamu apa pentingnya belajar sejarah?

Sejarah, dikutip dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, secara umum definisi sejarah adalah sebuah kejadian yang berlangsung terhadap waktu lampau yang disusun berdasarkan peninggalan-peninggalan beragam peristiwa. Kerangka sejarah mencakup mengenai enam dimensi yaitu apa, kapan, di mana, mengapa, siapa dan bagaimana.