SEJARAH lisan, bagi saya, termasuk disiplin ilmu baru. Dahulu saat
kuliah saya tidak mempelajarinya karena memang belum masuk dalam mata kuliah.
Sekarang ini di Prodi Sejarah dan Kebudayaan Islam Pascasarjana UIN SGD Bandung, saya mulai mengenalnya.
Guru saya, Dr Asep Ahmad Hidayat dan Dr
Setia Gumilar, menyatakan sejarah lisan bagian dari metode penelitian sejarah
untuk merekonstruksi peristiwa masa lalu yang bersumberkan dari memory (ingatan).
Sejarah yang bertumpu pada kaidah: no document, no history, dinilai
kurang memuaskan sebagian peneliti dalam mengungkap dan memahami masa lalu yang
tidak tertulis. Selama ini rekonstruksi sejarah masih bertumpu pada peristiwa
dan tokoh besar. Sejarah identik dengan kaum elit dan istana. Sedangkan
kalangan wong cilik dan kaum alit kurang muncul dalam gelanggang sejarah yang
direkonstruksi para peneliti sejarah.